BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Diare adalah
suatu masalah saluran pencernaan dimana feses menjadi lembek atau cair,
biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Biasanya disertai sakit
perut dan seringkali mual dan muntah. Diare sering terjadi di Indonesia. Hampir
seluruh masyarakat Indonesia pernah mengalami diare. Masyarakat Indonesia
sering menganggap diare terjadi karena memakan makanan yang pedas, asam atau
bersantan secara berlebihan. Diare yang
berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi hingga kematian. Kehilangan
cairan atau elektrolit (ion Na+ dan K+)
pada diare yang parah menyebabkan penderita mengalami dehidrasi. Dehidrasi
inilah yang dapat menyebabkan kematian pada
kasus diare. Diare dapat dijadikan indikasi bahwa sanitasi lingkungan penderita buruk. Dalam pencegahan perlu
diperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan. Dengan memperhatikan sanitasi
tersebut akan mencegah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.
Berdasarkan lama
kejadian diare, dapat dibedakan atas diare akut dan kronis. Bila diare terjadi
kurang dari dua minggu dapat dikategorikan sebagai diare akut, sedangkan bila
terjadi lebih dari dua minggu maka dikategorikan diare kronis. Diare akut dapat
disebabkan oleh infeksi, keracunan, alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor
psikis. Terdapat banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare akut,
diantaranya virus, bakteri, protozoa, dan cacing (helminthes). Sedangkan diare
kronis pada umumnya didasari oleh
penyakit-penyakit non efektif pada saluran pencernaan.
Diare yang hebat
menyebabkan kehilangan cairan. Cairan yang hilang secepatnya harus digantikan
dengan meminum-minuman berelektrolit atau larutan oralit (mengandung gula dan
garam). Selain menggantikan cairan, diare perlu dihentikan. Dalam menghentikan
diare dapat dengan meminum obat antidiare. Obat antidiare yang bekerja pada
susunan syaraf akan menurunkan gerakan peristaltic usus, meningkatkan absorbsi,
dan menginaktivasi enterotoksin.
1.2
Tujuan
a. Untuk mengetahui diare dan antidiare
b. Untuk
mengetahui mekanisme kerja obat antidiare
c. Untuk
mengetahui obat antidiare
d. Untuk
mengetahui farmakokinetik obat antidiare
e. Untuk
mengetahui efek samping obat antidiare
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Diare dan Antidiare
Diare adalah
suatu keadaan meningkatnya berat dari feses (>200 mg/hari) yang dapat
dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada
perianal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal.
Diare atau merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus menerus
disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki
kandungan air yang berlebih dari kandungan normal. Umumnya diare menyerang
balita dan anak-anak. Namun tidak jarang
orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik. Klinis tersebut
dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut.
Dalam
menghentikan diare dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat antidiare. Antidiare
adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala diare.
2.1.1 Ada lima
jenis klinis penyakit diare, antara lain :
1.
Diare akut
bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita akan dehidrasi dan penurunan berat
badan jika tidak diberikan makan dan minum.
2.
Diare kronik,
diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang disebabkan oleh virus,
bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3.
Diare akut
bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat, diare ini dapat
menyebabkan kerusakan usus halus, sepsis yaitu infeksi bakteri dalam darah malnutrisi atau kurang
gizi dan dehidrasi.
4.
Diare persisten.
Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Bahaya utama adalah kekurangan
gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus.
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih
parah dari diare yang lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya
sistemik atau menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.
Bahkan bisa menyebabkan gagal jantung.
2.1.2 Penyebab Diare
Menurut National
Disgestive Disease Informtion Clearinghouse (2007) beberapa hal yang dapat menyebabkan diare
antara lain :
1.
Infeksi bakteri,
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,
contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli.
2.
Infeksi virus
menyebabkan diare, termasuk rotavirus, norwalk virus , Cytomegalo virus, herpes
simpleks virus, dan virus hepatitis.
3.
Intoleransi
makanan beberapa orang tidak mampu mencerna semua makanan, misalnya pemanis
buatan dan laktosa.
4.
Parasit, parasit
dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di dalam system
pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya giardia lamblia, Entamoeba
histolytica, and Cryptosporidium.
5.
Reaksi atau efek
samping pengobatan antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida
mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
6.
Gangguan
intestinal.
7.
Kelainan fungsi
usus besar.
Pada anak-anak
dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila penanganan terlambat
dan mereka jatuh kedalam dehidrasi berat maka
bisa berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan,
kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam),
yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat
berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki
cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra selnya
lebih mudah lepas daripada orang dewasa.
2.2 Mekanisme Kerja Obat Antidiare
2.3 Obat Antidiare
Adapun penggolongan obat diare antara lain :
a
Kemoterapeutika
Kemoterapi
digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan
antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, amoksisilin, sulfonamida, furazolidin,
dan kuinolon).
b
Zat penekan
peristaltik usus
Obat golongan
ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya, derivat petidin
(definoksilat dan loperamid), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona)
(Departemen Farmakologi dan Terapi UI 2007).
1.
Candu dan
Alkaloidnya
Mekanisme Kerja Obat :
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Dosis :
Efek Samping :
2.
Loperamid
Mekanisme Kerja Obat :
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Dosis :
Efek Samping :
3. Atropin
Mekanisme Kerja Obat :
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Dosis :
Efek Samping :
c
Adsorbensia
Adsorben
memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau
menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan
mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta
menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah
karbon, mucilage, kaolin, pektin,
garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan
Terapi UI 2007).
1.
Karbon
Mekanisme Kerja Obat :
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Dosis :
Efek Samping :
2.
Kaolin
3.
Pektin
C.
Obat Yang Umum Digunakan
3.4 Farmakokinetika Obat Antidiare
3.5 Efek Samping Obat Antidiare
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007.
Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta : Penerbit UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1995.Farmakope
Indonesia IV . Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Ha Yulia A. 2011.
Aktivitas Obat Antehelmintik . Bandung : Universitas Islam Bandung Press.
Durianto, Darmadi.
2004. Brand Equity Ten Strategi Memimpin Pasar . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utamarkness, Richard. 1984. Interkasi Obat Bandung : penerbit ITB.




